Yusuf Arifin
Sebuah penelitian terbaru dibidang kesehatan di Inggris menghasilkan sebuah kesimpulan yang cukup mengejutkan: jurang kesehatan antara mereka yang kaya dan miskin adalah yang terlebar sejak catatan kesehatan mulai diberlakukan di Inggris sekitar tahun 1921.
Upaya pemerintah selama beberapa dasawarsa untuk menjembatani jurang itu hampir tidak berarti untuk menyejajarkan harapan hidup kalangan miskin dengan kalangan kaya.
Kajian penyebab kematian antara tahun 1921 hingga 2007 menunjukkan jurang itu bahkan makin lebar terutama menyangkut kematian yang sifatnya prematur dan berhubungan dengan penyakit.
Mereka yang hidup miskin dan tinggal di daerah yang tertinggal mempunyai rasio mati muda jauh lebih tinggi dibanding mereka yang hidup makmur dan tinggal di kawasan yang sentosa.
Bahkan dibandingkan dengan ketika Inggris mengalami krisis ekonomi yang dikenal dengan julukan depresi besar tahun 1930an pun jurang yang ada sekarang masih lebih besar.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah peringatan dari mereka yang mengadakan penelitian ini, Universitas Sheffield dan Bristol, bahwa jurang itu akan semakin lebar seiring dengan krisis ekonomi yang sedang melanda Inggris saat ini. Karena dalam kesimpulan penelitian mereka, tingkat kesehatan masyarakat mempunyai hubungan langsung dengan tingkat kemakmuran ekonomi satu masyarakat.
Biasanya semakin makmur masyarakat akan semakin baik tingkat kesehatannya, sementara semakin miskin masyarakat akan semakin buruk pula tingkat kesehatannya.
Hingga tahun 2007 untuk setiap 100 orang yang meninggal di daerah makmur dibawah umur 65 tahun, 199 orang meninggal di daerah miskin. Kalau untuk mereka yang dibawah umur 75, untuk setiap 100 yang meninggal di daerah makmur, 188 meninggal di daerah miskin. Padahal untuk tahun 1930an untuk setiap 100 yang meninggal di daerah kaya tercatat hanya 185 di daerah miskin.
Sepertinya angka tidak terlalu jauh kalau dibandingkan antara 90 tahun lalu dengan sekarang. Tetapi dengan menghitung peningkatan pelayanan kesehatan yang ada, mestinya angka itu mengecil karena tidak ada lagi perbedaan pelayanan kesehatan antara orang miskin dan kaya.
Kesimpulan-kesimpulan tadi bukan hanya mengejutkan tetapi menimbulkan tanda tanya besar tentang sistem pengawasan dan penanganan kesehatan di Inggris yang sebelum-sebelumnya menjadi model yang banyak ditiru di Eropa karena pernah pada satu masa dianggap yang terbaik.
Di Inggris dikenal satu penanganan dan pengawasan kesehatan yang disebut dengan NHS atau National Health Service, terjemahan bebasnya kira-kira Jasa Pelayanan Kesehatan Nasional.
Sederhananya sistem ini memberi perawatan gratis kepada mereka penduduk Inggris tanpa pandang bulu, tanpa pandang jenis penyakitnya. Semua warga mempunyai akses kesehatan lewat dokter-dokter lokal yang tersedia di semua daerah setingkat kecamatan. Kalau dokter lokal merasa bahwa pasien yang bersangkutan memerlukan penanganan yang lebih serius maka mereka bisa dikirim ke rumah sakit-rumah sakit lokal. Kalau masih memerlukan penanganan yang lebih khusus lagi maka pasien bisa dikirim ke rumah sakit-rumah sakit khusus.
Tentu saja ada sistem kesehatan swasta. Sistem ini berjalan paralel dengan NHS tetapi bedanya tentu saja mereka harus membayar untuk privilese seperti ini, dan tidak murah. Pelayanannya tentu saja lebih cepat, walau kualitasnya konon tak jauh beda. Tentu saja hanya mereka dari kalangan berada yang bisa membeli layanan semacam ini.
Kembali ke pelayanan kesehatan negara atau NHS, layanan ini dibiayai oleh sebagian pajak yang dikumpulkan dari potongan pajak gaji pendapatan per bulan warga Inggris tanpa kecuali. Semakin besar pendapatan semakin besar pajak, semakin kecil pendapatan kian kecil potongan pajaknya. Tetapi layanan kesehatan yang diterima sama tak peduli besar kecil pajak yang anda bayar.
Seperti biasa saling tuding kemudian terjadi mengapa NHS dianggap tidak mampu menjembatani jurang antara mereka yang kaya dan miskin. Ada yang mengatakan bahwa pelayanan kesehatan negara sebenarnya tidak cukup memadai dan orang kaya bisa menambah sendiri pelayanan karena mereka mempunyai uang. Ada yang mengatakan jumlah yang harus diberi layanan sekarang terlalu banyak seiring dengan penambahan penduduk sehingga layanan kesehatan negara tidak cukup mampu menanganinya. Ada yang menilai terjadi salah urus dalam layanan kesehatan. Ada yang mengharuskan reformasi total karena NHS sudah ketinggalan jaman. Banyak lagi yang lainnya.
Saya yang pernah merasakan sendiri kegunaan layanan kesehatan negara dengan harus melakukan operasi batu empedu yang cukup serius tidak banyak bisa bicara. Saya menjalani operasi dengan cepat, bersih, gratis dan bisa normal total dalam hitungan dua minggu. Seorang sahabat di Indonesia menjalani operasi serupa sama cepat dan berhasilnya, tetapi harus membayar dengan jumlah yang tidak sedikit. Kebetulan sahabat yang satu ini cukup berada jadi tidak masalah. Tetapi bagaimana dengan yang lain yang miskin di Indonesia, apalagi dengan penyakit yang lebih serius. Betapa susahnya. Betapa (akan) beda standardnya.
No comments:
Post a Comment