*)Blog Dari London, BBC Seksi Indonesia, 6 Oktober 2010
Yusuf Arifin
Ketika Ed Milliband terpilih sebagai ketua Partai Buruh di Inggris minggu lalu, rakyat Inggris terkejut. Dia bukan calon kuatnya. David Milliband sang kakaklah yang sebelumnya dianggap sebagai favorit. David Milliband terbukti sebenarnya mempunyai lebih banyak pendukung di dalam tubuh partai. Dia lebih duluan masuk partai dan memegang peran penting kabinet termasuk sebagai bekas menteri luar negeri sewaktu Partai Buruh berkuasa.
Para pengamat mengatakan partai buruh memilih calon yang salah dan kehilangan seorang calon pemimpin yang tangguh, cerdas dan brilian. Walau tentu saja pendapat ini dibantah oleh para pendukung Ed Milliband yang menunjukkan bahwa kedua bersaudara ini memiliki track record politik yang hampir sama, hanya kebetulan David masuk dalam partai buruh kubu Tony Blair sementara Ed kubu Gordon Brown.
Mereka sama-sama lulusan Universitas Oxford dan bahkan mengambil mata kuliah yang sama. Dua-duanya lulus dengan memuaskan. Artinya kadar intelektualitas keduanya tak perlu diragukan lagi.
Persaingan kedua Milliband ini memang menyerap perhatian pengamat politik, media maupun kalangan partai sendiri tentunya.
Orang bilang persaingan antar kelompok meninggalkan guratan luka tetapi persaingan antar saudara menghunjam hingga ke ulu hati. Kedua Milliband ini tentu mengerti perumpamaan itu. Apalagi dibidang politik yang kata orang penuh intrik dan kotor.
Karenanya sejak awal kampanye, kedua bersaudara berulangkali menyatakan rasa sayang dan hormatnya sebagai kakak adik. Menurut cerita kedua kakak beradik ini memang dekat. Dan hubungan keduanya konon sempat menjadi semacam jembatan hubungan antara kubu Blair dan Brown yang tak akur.
Berulangkali media menjebak mereka agar saling kritik terhadap program yang diajukan masing-masing kubu, mereka selalu menolak dan menghindar. Ketika calon lain mengejek sikap kedua kakak beradik mereka secara pribadi dan terpisah menjawab ejekan itu, tetapi kesannya seperti jawaban sebuah tim yang bersatu.
Satu-satunya indikasi bahwa persaingan cukup menegangkan hubungan kakak beradik ini adalah ketika David mengatakan bahwa kalau ia menganggap adiknya seorang pemimpin yang lebih baik dari dirinya, maka ia pasti sudah menjadi orang pertama yang akan memperjuangkannya.
Ketika akhirnya Ed terbukti memenangkan persaingan, David selama satu hari menutup diri dari rekan-rekannya dan menghindar dari kejaran media. Dikatakan ia hanya mau menerima telpon dan pesan pendek dari Ed. Entah apa yang mereka perbincangkan.
Sedekat apapun hubungan kakak beradik pastilah David Milliband terpukul dengan kekalahan itu. Ia dengan jejak rekam aktivitas di Partai Buruh yang cemerlang dan dianggap sebagai pewaris mantel kekuasaan di partai harus tersingkir dari adiknya yang lebih hijau. Ia yang mungkin melihat garis hidupnya merupakan sebuah kepastian untuk nantinya menjadi perdana menteri Inggris harus menghadapi kenyataan pahit bahwa itu mungkin tak akan pernah terjadi.
Yang ditunggu oleh publik kemudian adalah apakah David bersedia untuk masuk dalam kabinet bayangan bentukan Ed. Perkiraannya adalah ia akan diberi jabatan sebagai menteri keuangan bayangan, jabatan terpenting kedua setelah perdana menteri.
Spekulasi akhirnya terjawab setelah David mengumumkan ia tidak akan masuk ke kabinet bayangan bentukan adiknya.
Media dan pengamat politik seperti mendapat makanan empuk dengan menyebut, salah satunya, bahwa hubungan kakak beradik ini tidaklah seharmonis yang mereka tampilkan. Atau bahwa politik benar telah mencabik-cabik hubungan baik keduanya. Bahwa David Milliband sakit hati dengan kekalahan itu.
Atau secara substantif keduanya memang mewakili dua kubu yang berbeda. Walau sama-sama dari Partai Buruh, David Milliband dianggap mewakili garis tengah sementara Ed garis kiri. Atau sama-sama berhaluan kiri tetapi Ed adalah seorang radikal.
Sebab kalau tidak, mengapa justru ketika Partai Buruh membutuhkan pengalaman namun jiwa yang muda, yang keduanya dengan mudah diisi oleh David Milliband, untuk membangun partai dari kelahan pemilihan umum lalu, ia malah memutuskan untuk mundur? Bukankah partai membutuhkan ketokohannya?
Tetapi benarkah semua spekulasi itu?
Mungkin jawabannya tidak akan pernah kita ketahui. Atau mungkin jawabnya sebenarnya sederhana saja.
Semasa berkampanye untuk berebut partai kursi nomer satu Partai Buruh, David dan Ed berulangkali mengisyaratkan ketidaksukaannya dengan apa yang mereka anggap obsesi media untuk menunjukkan perbedaan antara mereka berdua. Semua hal dari yang namanya pernyataan, pilihan teman, hingga bahasa tubuh keduanya dianalisa dengan sedemikian rinci untuk menunjukkan perselisihan-perbedaan diantara keduanya.
Bisa dibayangkan kalau David Milliband bersedia duduk di kabinet bayangan bentukan Ed Milliband. Hampir tidak mungkin Ed akan memberi posisi yang tidak strategis. David pasti akan diberi posisi menteri keuangan bayangan atau setidaknya menteri luar negeri bayangan. Bukan karena kolusi kekluargaan tetapi karena memang kapasitas yang lebih dari cukup.
Kalaupun misalnya tidak ada pengkubuan diantara keduanya, maka hampir pasti media dan pengamat politik akan memperhatikan dan mencari perbedaan diantara keduanya. Setiap lagak lagu yang memberi nuansa adanya perselisihan akan di cermati hingga serinci-rincinya. Seperti halnya bagaimana pemerintah koalisi dicermati saat ini. Seperti halnya aksis Blair dan Brown yang menjadi sorotan habis-habisan ketika Partai Buruh berkuasa.
Apalagi David dan Ed Milliband memang berbeda dalam menyikapi persoalan Irak atau percepatan pemotongan defisit anggaran negara. Dua hal itu saja, yang kebetulan krusial dalam kehidupan perpolitikan Inggris saat ini, sudah akan cukup memberi amunisi bagi media dan pengamat politik untuk menunjukkan perbedaan diantara keduanya.
David ketika menyatakan ketidaksediannya mengatakan Partai Buruh tidak perlu dibebani oleh drama berdasar hubungan kekeluargaan yang ia miliki dengan Ed. Kemundurannya menurut David akan membebaskan Partai Buruh maupun adiknya dari beban yang tidak perlu itu. Ed dan Partai Buruh akan bisa berkonsentrasi untuk memenangkan kembali kendali pemerintahan Inggris tanpa harus sebentar-bentar membela diri bahwa mereka partai yang bersatu.
Sikap David adalah sebuah sikap legowo atau berbesar hati, kosa kata politik yang pintar diucapkan politisi Indonesia tetapi tidak pernah mereka jalani, untuk melihat kepentingan yang lebih besar terwujud ketimbangan kepentingan pribadi.
No comments:
Post a Comment